MAJLIES eL _ ILMIE

MAJLIES   eL _ ILMIE

Minggu, 21 Juli 2013

SAMPAINYA PAHALA UNTUK MAYIT

Ketahuilah bahwa para ulama telah sepakat atas sampianya do’a orang muslim yang masih hidup kepada saudaranya sesama muslim yang telah mati. Hal ini berdasarkan firman Alloh Ta’ala :
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَِلإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاًّ لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ. الحشر : ١٠
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdo’a : “Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah mati mendahului kami dengan membawa keimanan, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian di dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman, wahai Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang”. (Q.S. Al-Hasyr [59] : 10).

Dalam tafsir Jalalain diterangkan, bahwa yang dimaksud dengan “orang-orang yang telah datang sesudah mereka” adalah mereka yang datang setelah kaum Muhajirin dan Anshor hingga hari kiamat.
Dan adapun tentang sampainya hadiah pahala suatu amal ibadah kepada mayit, maka ada dua kelompok pembahasan, yaitu : Hadiah pahala yang telah menjadi kesepakatannya para ulama, dan hadiah pahala yang masih menjadi khilaf atau perbedaan pendapat di antara para ulama.

A. Hadiah Pahala Yang Telah Menjadi Ijma’
Dan adapun hadiah pahala yang telah menjadi ijma’ atau kesepakatan para ulama bahwa hal itu akan sampai kepada mayit karena telah didukung oleh dalil-dalil hadits secara jelas adalah : Shodaqoh, Puasa, Haji atau Umroh, serta Nadzar dan Melunasi Hutang Harta Benda.

1). Shodaqoh
عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها، أَنَّ رَجُلاً أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ! إِنَّ أُمِّيَ افْتُلِتَتْ نَفْسَهَا، وَلَمْ تُوصِ، وَأَظُنُّهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ تَصَدَّقَتْ، أَفَلَهَا أَجْرٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا؟ قَالَ : نَعَمْ. رواه البخاري (١٣٨٨)، ومسلم (١٠٠٤). واللفط له، في باب وصول ثواب الصدقة عن الميت إليه
Dari ‘Aisyah r.a, sesungguhnya seorang lelaki telah datang kepada Nabi SAW, lalu ia berkata : “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia mendadak, dan ia tidak berwasiat, dan saya mengira kalau ia sempat berbicara, maka ia akan bershodaqoh, lalau apakah ada pahala baginya jika aku bershodaqoh untuknya?, beliau SAW, menjawab : “Iya”. (H.R. Al-Bukhari No : 1388, dan Muslim No : 1004). Dan redaksi hadits milik Imam Muslim, pada “Bab Sampainya Pahala Shodaqoh Untuk Mayat Kepadanya”.

Hadits ini juga diulang oleh Imam Al-Bukhari dalam Kitab Al-Washoya, pada bab yang ke-19 :
بَابُ مَا يُسْتَحَبُّ لِمَنْ تُوُفِّيَ فُجَاءَةً أَنْ يَتَصَدَّقُوا عَنْهُ وَقَضَاءِ النُّذُورِ عَنِ الْمَيِّتِ
“Bab menerangkan sesuatu yang disunnahkan bagi orang yang meninggal dunia mendadak bila mereka bershodaqoh untuknya dan melunasi nadzar dari mayat”. Dengan nomor hadits 2760.

2). Puasa
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ صِيَامٌ صَامَ عَنْهُ وَلِيُّهُ. رواه البخاري (١٩٥٢)، ومسلم (١١٤٧
Dari ‘Aisyah ra, sesungguhnya Rasululloh SAW bersabda : “Barangsiapa yang mati sedangkan atasnya hutang puasa, maka walinya dapat membayarkan puasa untuknya”. (H.R. al-Bukhari No : 1952, dan Muslim No : 1147).

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّي مَاتَتْ وَعَلَيْهَا صَوْمُ شَهْرٍ أَفَأَقْضِيهِ عَنْهَا؟ قَالَ : نَعَمْ، فَدَيْنُ اللَّهِ أَحَقُّ أَنْ يُقْضَى. رواه البخاري (١٩٥٣)، ومسلم (١١٤٨
Dari Ibnu ‘Abbas ra berkata : Telah datang seorang lelaki kepada Rasululloh SAW lalu dia berkata : Wahai Rasululloh seseungguhnya ibu-ku telah mati sedangkan atasnya hutang puasa satu bulan, apakah aku dapat membayarkan puasa untuknya? Beliau menjawab : “Iya, karena hutang kepada Alloh lebih berhak untuk di tunaikan”. (H.R. al-Bukhari No : 1953, dan Muslim No : 1148).
Imam al-Bukhari berkata :

قَالَ الْحَسَنُ : إِنْ صَامَ عَنْهُ ثَلاَثُونَ رَجُلاً يَوْمًا وَاحِدًا جَازَ
Al-Hasan berakata : “Jika berpuasa oleh tiga puluh orang untuknya yang masing-masing satu orang berpuasa satu hari, maka boleh”.

3). Haji dan Umroh
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ : كَانَ الْفَضْلُ رَدِيفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَجَاءَتِ امْرَأَةٌ مِنْ خَشْعَمَ، فَجَعَلَ الْفَضْلُ يَنْظُرُ إِلَيْهَا، وَتَنْظُرُ إِلَيْهِ، وَجَعَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْرِفُ وَجْهَ الْفَضْلِ إِلَى الشِّقِّ اْلآخَرِ، فَقَالَتْ : يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ فَرِيضَةَ اللَّهِ عَلَى عِبَادِهِ فِي الْحَجِّ، أَدْرَكَتْ أَبِي شَيْخًا كَبِيرًا لاَ يَثْبُتُ عَلَى الرَّاحِلَةِ، أَفَأَحُجُّ عَنْهُ؟، قَالَ : نَعَمْ، وَذَلِكَ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ. رواه البخاري (١٥١٣)، ومسلم (١٣٣٤). وله زاد فيه : فَحُجِّي عَنْهُ
Dari Abdullah bin ‘Abbas r.a, berkata : Adalah Al-Fadl yaitu menjadi pemboncengnya Rasulullah SAW, lalu datanglah seorang wanita dari Khosy’am, kemudian Al-Fadl memandang kepadanya, dan ia-pun memandang kepada Al-Fadl, dan Nabi SAW, memalingkan wajah Al-Fadl ke sisi yang lain, kemudian ia (wanita tersebut) berkata : “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kefardluannya Allah atas hamba-hamba-Nya di dalam haji, yang telah mendapati ayahku dalam keadaan tua renta, ia tidak dapat tetap di atas kendaraan, apakah aku dapat berhaji untuknya?, beliau menjawab : “Iya”, dan hal itu (terjadi) di dalam haji wada’. (H.R. Al-Bukhari No : 1513, dan Muslim No : 1334). Dan bagi Imam Muslim menambah di dalamnya “Hajilah kamu untuknya”.

4). Nadzar
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، أَنَّ سَعْدَ بْنَ عُبَادَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ اسْتَفْتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ : إِنَّ أُمِّي مَاتَتْ وَعَلَيْهَا نَذْرٌ، فَقَالَ : إقْضِهِ عَنْهَا. رواه البخاري (٢٧٦١، و٦٦٩٨، و٦٩٥٩
Dari Ibnu ‘Abbas r.a, sesungguhnya Sa’d bin ‘Ubadah r.a, meminta fatwa kepada Rasulullah SAW, lalu ia berkata : “Sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia, dan atasnya suatu nadzar, kemudian beliau SAW, bersabda : “Tunaikanlah nadzar untuknya”. (H.R. Al-Bukhari, No Hadits : 2761, dan 6698, dan 6959). Syarat nadzar yang boleh ditunaikan adalah nadzar yang baik, bukan yang mengarah kepada kemaksiatan.

5). Hutang Harta Benda

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : نَفْسُ الْمُؤْمِنِ مُعَلَّقَةٌ بِدَيْنِهِ حَتَّى يُقْضَى عَنْهُ.
رواه الترمذي (١٠٧٨)، وابن ماجه (٢٤١٣
Dari Abu Hurairah r.a, berkata : Rasulullah SAW, telah bersabda : “Jiwanya (nyawa) orang mukmin itu digantungkan pada hutangnya, sehingga dibayarkan untuknya”. (H.R. At-Tirmidzi, No Hadits : 1078, dan Ibnu Majah, No Hadits : 2413).

B. Hadiah Pahala Yang Masih Menjadi Khilaf
Dan adapun hadiah pahala yang masih menjadi khilaf atau perbedaan pendapat di antara para ulama bahwa hal itu akan sampai kepada mayit adalah : Bacaan al-Qur’an atau kalimat-kalimat thoiyyibah dan sholat. Dan mengapa kedua hal ini masih menjadi khilaf di antara para ulama??? Jawabnya karena keduanya tidak didukung oleh adanya dalil-dalil hadits secara jelas.

1). Bacaan al-Qur’an dan Kalimat Thoyyibah

Imam An-Nawawi rahimahullah di dalam kitab al-Adzkar menjelaskan :
وَاخْتَلَفَ الْعُلَمَاءُ فِي وُصُوْلِ ثَوَابِ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ، فَالْمَشْهُوْرُ مِنْ مَذْهَبِ الشَّافِعِي وَجَمَاعَةٍ أَنَّهُ لاَ يَصِلُ، وَذَهَبَ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ وَجَمَاعَةٌ مِنَ الْعُلَمَاءِ وَجَمَاعَةٌ مِنْ أَصْحَابِنَا إِلَى أَنَّهُ يَصِلُ، فَاْلإخْتِيَارُ أَنْ يَقُوْلَ الْقَارِئُ بَعْدَ فَرَاغِهِ :” اللَّهُمَّ أَوْصِلْ ثَوَابَ مَا قَرَأْتُهُ إِلَى فُلاَنٍ”، والله أعلم. الأذكار، الصفحة : ١٨٠
“Para ulama’ telah berbeda pendapat di dalam sampainya pahala bacaan Al-Qur’an, maka pendapat yang masyhur dari madzhab As-Syafi’i dan sekumpulan ulama’ adalah tidak sampai. Dan Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah, dan sekumpulan dari para ulama’ serta sekumpulan dari madzhab As-Syafi’i, berpendapat kepada sesungguhnya (hadiah bacaan) sampai kepada mayat. Maka pilihannya adalah hendaknya mengucapkan oleh orang yang membaca setelah selesainya : “Ya Allah, sampaikanlah pahala apa yang aku telah membacanya kepada fulan”. Wallahu a’lam. (Al-Adzkar, halaman : 180).
Sikap tengah-tengah yang bijak yang telah dilakukan oleh Imam an-Nawawi adalah dengan menyebutkan pernyataan “ALLOHUMMA AUSHIL TSAWAABA MAA QORO’TUHU ILAA FULAANIN”. Hal ini beliau lakukan sebagai jalan keluar dari perbedaan pendapat para ulama, karena hal ini berbeda dengan hadiah pahala semisal shodaqoh, puasa dan haji yang cukup dengan niat saja akan sampai pahalanya kepada mayit tanpa disyaratkan harus menyebutkan lafadz pernyataan seperti itu. Wallohu A’lam.

2). Sholat
Syech Abu Bakar ibn as-Sayyid Muhammad Syatho ad-Dimyathi rahimahulloh di dalam kitab I’anah at-Tholibin menjelaskan :

فائدة) من مات وعليه صلاة فلا قضاء ولا فدية. وفي قول كجمع مجتهدين أنها تقضى عنه لخبر البخاري وغيره، ومن ثم اختاره جمع من أئمتنا، وفعل به السبكي عن بعض أقاربه. ونقل ابن برهان عن القديم أنه يلزم الولي إن خلف تركة أن يصلى عنه كالصوم. وفي وجه عليه كثيرون من أصحابنا أنه يطعم عن كل صلاة مدا. وقال المحب الطبري: يصل للميت كل عبادة تفعل، واجبة أو مندوبة. وفي شرح المختار لمؤلفه : مذهب أهل السنة، أن للانسان أن يجعل ثواب عمله وصلاته لغيره ويصله. إعانة الطالبين : ١/٣٣
Faedah : “Barangsiapa yang mati sedangkan atasnya kewajiban sholat, maka tidak ada qodlo’ dan juga tidak ada fidyah untuknya. Dan di dalam ucapannya seperti sekupulan ulama mujtahid sesungguhnya sholat di-qodloi untuknya karena ada khobarnya Imam al-Bukhari dan yang selainnya. Dan dari situ sekumpulan para imam kami memilih pendapat itu, dan Imam as-Subki telah mempraktekkan pendapat itu untuk sebagian kerabatnya. Dan Ibnu Burhan telah menuqil dari qoul qodim bahwasanya wajib bagi wali jika ada pengganti yang meninggal agar mendirikan sholat untuknya sebagaimana puasa. Dan di dalam satu pendapat yang atasnya di dukung oleh kebanyakan ulama dari sabahat kami bahwasanya diberikan sedekah makan untuk tiap-tiap sholat sebanyak satu mud. Dan al-Muhib at-Thobari telah berkata : Akan sampai kepada mayit tiap-tiap ibadah yang dikerjakan untuknya, baik itu ibadah wajib atupun sunnah. Dan di dalam kitab Syarah al-Mukhtar miliknya dikatakan bahwa : Madzhab ahlussunnah sesungguhnya bagi manusia bila menjadikan pahala amalnya dan sholatnya untuk orang lain maka akan sampai kepadanya”. (I’anah at-Tholibin, 1/33).
Wallohu A’lam Bi as-Showab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar