MAJLIES eL _ ILMIE

MAJLIES   eL _ ILMIE

Jumat, 12 Juli 2013

MASALAH SHALAT WITIR

PERTANYAAN
'Jihan Rahayu
Assalamu'alaikum
tambah lagi ya pertanyaanya
kalau shalat sunnah witir 2 raka'at salam syah ngak?
berapa raka'at shalat sunnah witir itu utamanya?

JAWABAN

El Mahendra Berdo'a
Dalam madzhab Syafi’i tidak dijumpai hukum yang menperbolehkan shalat tarawih dua puluh rokaat dengan sekali salam, dan yang ada adalah hukum yang memperbolehkan sholat witir tiga rokaat dengan sekali salam. Dalam kitab fiqh madzhab Hanafi, Maliki dan Hanbali ada hukum yang membolehkan shalat tarawih dua puluh rokaat dengan sekali salam dan shalat witir tiga rokaat dengan sekali salam

Tabyin al-Haqaiq Kanz al-Daqaiq, Juz I, Hal 170
قَالَ رَحِمَهُ اللهُ (وَهُوَ ثَلاَثُ رَكَعَاتٍ بِتَسْلِيْمَةٍ) وَقَالَ الشَّافِعِيُّ إنْ شَاءَ أَوْتَرَ بِوَاحِدَةٍ وَإِنْ شَاءَ بِثَلاَثٍ وَإِنْ شَاءَ بِخَمْسٍ إلَى إحْدَى عَشْرَةَ أَوْ ثَلاَثَ عَشْرَةَ لِقَوْلِهِ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ مَنْ شَاءَ أَوْتَرَ بِرَكْعَةٍ وَمَنْ شَاءَ أَوْتَرَ بِثَلاَثٍ، الْحَدِيْثَ، وَعَنْ أُمِّ سَلَمَةَ أَنَّهُ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ كَانَ يُوْتِرُ بِسَبْعٍ أَوْ بِخَمْسٍ لاَ يَفْصِلُ بَيْنَهُنَّ بِتَسْلِيْمَةٍ
 “Abu Hanifah RH berkata, shalat witir adalah tiga rakaat dengan sekali salam. Al-Syafi’i mengatakan bahwa jika seseorang menginginkan witirlah dengan satu rakaat dan ia mengehendaki shalatlah dengan tiga rakaat dan jika ia menghendaki shalatlah dngan lima rakaat sampai sebelas rakaat atau tiga belas rakaat. Karena adanya sabda Nabi SAW “barang siapa menginginkan, witirlah dengan satu rakaat dan ia mengehendaki shalatlah dengan tiga rakaat”, al-hadits. Dan hadits dari Umi Salamah bahwa “Nabi SAW melakukan shalat witir dengan tujuh atau lima rakaat tanpa memisah diantaranya dengan salam”

Hasyiah al-Qulyubi, Juz I, Hlm, 212
(وَلِمَنْ زَادَ عَلَى رَكْعَةٍ الْفَصْلُ) بَيْنَ الرَّكَعَاتِ بِالسَّلاَمِ فَيَنْوِيْ رَكْعَتَيْنِ مَثَلاً مِنَ الْوِتْرِ كَمَا قَالَهُ فِي شَرْحِ الْمُهَذَّبِ (وَهُوَ أَفْضَلُ) مِنْ الْوَصْلِ اْلآَتِي لِزِيَادَتِهِ عَلَيْهِ بِالسَّلاَمِ وَغَيْرِهِ (وَالْوَصْلُ بِتَشَهُّدٍ) فِي اْلآَخِرَةِ (أَوْ تَشَهُّدَيْنِ فِي اْلآَخِرَتَيْنِ) قَالَ ابْنُ عُمَرَ: كَانَ النَّبِيُّ e يَفْصِلُ بَيْنَ الشَّفْعِ وَالْوَتْرِ بِتَسْلِيمٍ، رَوَاهُ ابْنُ حِبَّانَ وَغَيْرُهُ، وَقَالَتْ عَائِشَةُ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ e يُوتِرُ بِخَمْسٍ لاَ يَجْلِسُ إلاَّ فِي آَخِرِهَا، وَقَالَتْ: لَمَّا سُئِلَتْ عَنْ وَتْرِهِ e كَانَ يُصَلِّي تِسْعَ رَكَعَاتٍ لاَ يَجْلِسُ إلاَّ فِي الثَّامِنَةِ وَلاَ يُسَلِّمُ، وَالتَّاسِعَةُ ثُمَّ يُسَلِّمُ، رَوَاهُمَا مُسْلِمٌ.
"Bagi yang shalat witir lebih dari satu rakaat boleh memisah antara rakaat-rakaatnya dengan salam. Jadi dia niat shalat dua rakaat dari witir sebagaimana dikatakan al-Nawawi dalam Syarh al-Muhadzdzab. Pemisahan seperti itu lebih utama daripada menyambung (beberapa rakaat), karena di sana terdapat penambahan salam dan lainya. Dan boleh juga seseorang menyambung (beberapa rakaat) dengan satu kali tasyahud di akhir atau dua kali tasyahud di bagian akhir. Sahabat Ibn Umar berkata, bahwa Nabi e memisah antara rakaat yang genap dan yang ganjil dengan salam. (HR. Ibn Hibban dan lainnya). Aisyah berkata, bahwa Rasulullah e shalat witir lima rakaat, beliau tidak duduk kecuali di akhir shalat. Dan Aisyah juga mengatakan, bahwa ketika ia ditanya mengenai shalat witir Rasulullah e, bahwa beliau shalat sembilan rakaat, beliau tidak duduk kecuali pada rakaat kedelapan kemudian tidak salam, dan pada rakaat kesembilan kemudian beliau salam. Kedua hadits ini diriwayatkan oleh Muslim".

صَلاَةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى ، فَإِذَا خِفْتَ الصُّبْحَ فَاَوْتِرْ بِوَاحِدَةٍ .
"Salat malam itu (dilakukan) dua rakaat dua rakaat, dan jika kamu khawatir akan subuh, salatlah witir satu rakaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar