PERTANYAAN
Riena Wardatul Akhmar
Assalamu'alaikum wr.wb
maaf mau tanya ada yang tau hukum jual beli secara lelang ngga?trima kasih
JAWABAN
Aris Yadi Rismaryadi
Penjual memilih pembeli dgn harga tertinggi, hukumnya mubah (boleh).
EL Mahendra Selalutersenyum II
waalaikumsalam warohmatullah
Jual beli dengan cara lelang dalam pengertian dengan ditawarkan pada siapapun yang berani dengan harga paling mahal Hukumnya sah
Sulamuttaufiq hal. 54
عبارة سلم التوفيق 54(أو البائع) بان يقول له استرد المبيع لاشتريه منك باكثر (بعد استقرار الثمن) بالتراضى به صريحا ولا بد ايضا بعد التراضى به من المواعدة على ايقاع عقد به وقت كذا فلو اتفقا عليه ثم افترقا من غير مواعدة لم يحرم السوم حنئيذ وخرج باستقرار الثمن ما لو كان المبيع يطاف به على من يزيد فيه فلا يحرم ذلك
Erwin 'ebe' Daripada Bramantyo
Waalaykum salam...
Ini ada penjelasan dari sumber yang aku pernah baca perihal lelang sbb :
Lelang adalah salah satu jenis jual beli di mana pembeli
menawarkan barang di tengah keramaian lalu para
pembeli saling menawar dengan harga lebih tinggi
sampai pada batas harga tertinggi dari salah satu
pembeli, lalu terjadi akad dan pembeli tersebut
mengambil barang dari penjual (Abdullah al-Mushlih &
Shalah ash-Shawi, Fikih Ekonomi Keuangan Islam (Maa
Laa Yasa’u al-Taajir Jahlahu), Jakarta : Darul Haq,
2004, hal. 110).
Lelang ada dalam Islam dan hukumnya boleh (mubah).
Ibnu Abdil Barr berkata,”Sesungguhnya tidaklah haram
menjual barang kepada orang yang menambah harga,
demikianlah menurut kesepakatan ulama.” (innahu laa
yahrumu al-bai’u mimman yaziidu ittifaaqan) (Subulus
Salam, Juz III/23).
Dalam kitab-kitab fiqih atau hadits, jual beli lelang
biasanya disebut dengan istilah bai’ al-muzayadah
(Lihat Imam Ash-Shan’ani, Subulus Salam, Juz III/23;
Imam Asy-Syaukani, Nailul Authar, hal. 1044-1045,
hadits no. 2211; Syaikh Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqh
‘Ala al-Madzahib Al-Arba’ah, Juz II/257).
Dalil bolehnya lelang adalah as-Sunnah. Imam Bukhari
telah membuat bab dengan judul Bab Bai’ Al-
Muzaayadah dan di dalamnya terdapat hadits Anas bin
Malik RA yang juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad
(Musnad, III/100 & 114), Abu Dawud, no. 1641; an-
Nasa`i, VII/259, at-Tirmidzi, hadits no. 1218 (Lihat
Imam Ash-Shan’ani, Subulus Salam, Juz III/23;
Abdullah al-Mushlih & Shalah ash-Shawi, ibid., hal. 111).
Anas bin Malik RA meriwayatkan bahwa ada seorang
lelaki Anshar yang datang menemui Nabi SAW dan dia
meminta sesuatu kepada Nabi SAW. Nabi SAW
bertanya kepadanya,”Apakah di rumahmu tidak ada
sesuatu?” Lelaki itu menjawab,”Ada. Dua potong kain,
yang satu dikenakan dan yang lain untuk alas duduk,
serta cangkir untuk meminum air.” Nabi SAW
berkata,”Kalau begitu, bawalah kedua barang itu
kepadaku.” Lelaki itu datang membawanya. Nabi SAW
bertanya,”Siapa yang mau membeli barang ini?” Salah
seorang sahabat beliau menjawab,”Saya mau
membelinya dengan harga satu dirham.” Nabi SAW
bertanya lagi,”Ada yang mau membelinya dengan harga
lebih mahal?” Nabi SAW menawarkannya hingga dua
atau tiga kali. Tiba-tiba salah seorang sahabat beliau
berkata,”Aku mau membelinya dengan harga dua
dirham.” Maka Nabi SAW memberikan dua barang itu
kepadanya dan beliau mengambil uang dua dirham itu
dan memberikanya kepada lelaki Anshar tersebut…
(HR Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa`i, dan at-Tirmidzi)
(Lihat Abdullah al-Mushlih & Shalah ash-Shawi, ibid.,
hal. 111).
Hadits di atas adalah satu dalil di antara dalil-dalil yang
membolehkan jual beli lelang (bai’ al-muzaayadah).
Sebagian ulama seperti an-Nakha`i memakruhkan jual
beli lelang, dengan dalil hadits dari Sufyan bin Wahab
bahwa dia berkata,”Aku mendengar Rasulullah SAW
melarang jual beli lelang.” (sami’tu rasulallah SAW
nahaa ‘an bai’ al-muzayadah). (HR Al-Bazzar). (Lihat
Imam As-Suyuthi, Al-Jami’ Ash-Shaghir, Juz II/191).
Namun pendapat itu lemah karena dalam isnad hadits ini
terdapat perawi bernama Ibnu Lahi’ah sedang dia
adalah perawi yang lemah (dha`if) (Imam Ash-Shan’ani,
Subulus Salam, Juz III/23; Imam Asy-Syaukani, Nailul
Authar, Beirut : Dar Ibn Hazm, 2000, hal. 1045).
Wallahu a’lam [ ]
Insya allah bisa jadi rujukan ya bu riena..
Riena Wardatul Akhmar
Assalamu'alaikum wr.wb
maaf mau tanya ada yang tau hukum jual beli secara lelang ngga?trima kasih
JAWABAN
Aris Yadi Rismaryadi
Penjual memilih pembeli dgn harga tertinggi, hukumnya mubah (boleh).
EL Mahendra Selalutersenyum II
waalaikumsalam warohmatullah
Jual beli dengan cara lelang dalam pengertian dengan ditawarkan pada siapapun yang berani dengan harga paling mahal Hukumnya sah
Sulamuttaufiq hal. 54
عبارة سلم التوفيق 54(أو البائع) بان يقول له استرد المبيع لاشتريه منك باكثر (بعد استقرار الثمن) بالتراضى به صريحا ولا بد ايضا بعد التراضى به من المواعدة على ايقاع عقد به وقت كذا فلو اتفقا عليه ثم افترقا من غير مواعدة لم يحرم السوم حنئيذ وخرج باستقرار الثمن ما لو كان المبيع يطاف به على من يزيد فيه فلا يحرم ذلك
Erwin 'ebe' Daripada Bramantyo
Waalaykum salam...
Ini ada penjelasan dari sumber yang aku pernah baca perihal lelang sbb :
Lelang adalah salah satu jenis jual beli di mana pembeli
menawarkan barang di tengah keramaian lalu para
pembeli saling menawar dengan harga lebih tinggi
sampai pada batas harga tertinggi dari salah satu
pembeli, lalu terjadi akad dan pembeli tersebut
mengambil barang dari penjual (Abdullah al-Mushlih &
Shalah ash-Shawi, Fikih Ekonomi Keuangan Islam (Maa
Laa Yasa’u al-Taajir Jahlahu), Jakarta : Darul Haq,
2004, hal. 110).
Lelang ada dalam Islam dan hukumnya boleh (mubah).
Ibnu Abdil Barr berkata,”Sesungguhnya tidaklah haram
menjual barang kepada orang yang menambah harga,
demikianlah menurut kesepakatan ulama.” (innahu laa
yahrumu al-bai’u mimman yaziidu ittifaaqan) (Subulus
Salam, Juz III/23).
Dalam kitab-kitab fiqih atau hadits, jual beli lelang
biasanya disebut dengan istilah bai’ al-muzayadah
(Lihat Imam Ash-Shan’ani, Subulus Salam, Juz III/23;
Imam Asy-Syaukani, Nailul Authar, hal. 1044-1045,
hadits no. 2211; Syaikh Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqh
‘Ala al-Madzahib Al-Arba’ah, Juz II/257).
Dalil bolehnya lelang adalah as-Sunnah. Imam Bukhari
telah membuat bab dengan judul Bab Bai’ Al-
Muzaayadah dan di dalamnya terdapat hadits Anas bin
Malik RA yang juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad
(Musnad, III/100 & 114), Abu Dawud, no. 1641; an-
Nasa`i, VII/259, at-Tirmidzi, hadits no. 1218 (Lihat
Imam Ash-Shan’ani, Subulus Salam, Juz III/23;
Abdullah al-Mushlih & Shalah ash-Shawi, ibid., hal. 111).
Anas bin Malik RA meriwayatkan bahwa ada seorang
lelaki Anshar yang datang menemui Nabi SAW dan dia
meminta sesuatu kepada Nabi SAW. Nabi SAW
bertanya kepadanya,”Apakah di rumahmu tidak ada
sesuatu?” Lelaki itu menjawab,”Ada. Dua potong kain,
yang satu dikenakan dan yang lain untuk alas duduk,
serta cangkir untuk meminum air.” Nabi SAW
berkata,”Kalau begitu, bawalah kedua barang itu
kepadaku.” Lelaki itu datang membawanya. Nabi SAW
bertanya,”Siapa yang mau membeli barang ini?” Salah
seorang sahabat beliau menjawab,”Saya mau
membelinya dengan harga satu dirham.” Nabi SAW
bertanya lagi,”Ada yang mau membelinya dengan harga
lebih mahal?” Nabi SAW menawarkannya hingga dua
atau tiga kali. Tiba-tiba salah seorang sahabat beliau
berkata,”Aku mau membelinya dengan harga dua
dirham.” Maka Nabi SAW memberikan dua barang itu
kepadanya dan beliau mengambil uang dua dirham itu
dan memberikanya kepada lelaki Anshar tersebut…
(HR Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa`i, dan at-Tirmidzi)
(Lihat Abdullah al-Mushlih & Shalah ash-Shawi, ibid.,
hal. 111).
Hadits di atas adalah satu dalil di antara dalil-dalil yang
membolehkan jual beli lelang (bai’ al-muzaayadah).
Sebagian ulama seperti an-Nakha`i memakruhkan jual
beli lelang, dengan dalil hadits dari Sufyan bin Wahab
bahwa dia berkata,”Aku mendengar Rasulullah SAW
melarang jual beli lelang.” (sami’tu rasulallah SAW
nahaa ‘an bai’ al-muzayadah). (HR Al-Bazzar). (Lihat
Imam As-Suyuthi, Al-Jami’ Ash-Shaghir, Juz II/191).
Namun pendapat itu lemah karena dalam isnad hadits ini
terdapat perawi bernama Ibnu Lahi’ah sedang dia
adalah perawi yang lemah (dha`if) (Imam Ash-Shan’ani,
Subulus Salam, Juz III/23; Imam Asy-Syaukani, Nailul
Authar, Beirut : Dar Ibn Hazm, 2000, hal. 1045).
Wallahu a’lam [ ]
Insya allah bisa jadi rujukan ya bu riena..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar