A. Masa Pertumbuhan Hadist
Nabi muhammad SAW sebagai utusan Allah SWT menjadi
figur masyarakat dunia. Dalam kapasitasnya sebagai rosul, pemimpin
masyarakat, panglima perang, kepala rumah tangga, dan teman. segala
tingkah laku, ucapan dan taqrirnya disebut hadist yang merupakan bentuk
implementasi dari ajaran-ajaran Islam yang di dasarkan pada Al-Quran.
Oleh karenanya hadist pada saat
itu berkembang seiring dengan proses turunnya wahyu tuhan. Nabi selalu
menyampaikan serta menerangkan makna yang terkandung dalam teks-teks
Allah SWT yang diterimanya melalui Malaikat Jibril.
Namun
Nabi tidak hanya sekedar menjelaskan isi Al-Quran tetapi lebih dari itu
Nabi tak jarang mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga
posisi beliau sangat urgen karena disamping sebagai penerima wahyu, Nabi
juga menjadi Pengajar, Hakim, Mufti dan Pemimpin dunia sepanjang
hudupnya. Segala bentuk persoalan yang menimpa umat Islam pada saat itu
selalu dikembalikan kepada Nabi Muhammad SAW.
Pada
awal Islam, Nabi selalu mengadakan sosialisasi dakwah Islam pada umat
Islam secara sembunyi-sembunyi sehingga muncul julukan Al-Sabuqyn Al-Awwalun,
mereka adalah umat Islam yang aktif menghadiri majlis untuk menimba
ilmu dari Rosulullah SAW serta menghafalkannya, hari demi hari
masyarakat memiliki kesadaran dan merasa terpanggil untuk ikut andil
untuk menimba ilmu dari beliau, sehingga majlispun sebagai tradisi
ilmiah mulai berkembang pesat dan ketika itu juga Nabi menggunakan
kesempatannya untuk selalu mengembangkan dakwahnya secara inten lagi.
Tradisi
ini tetap berjalan layaknya waktu siang dan malam, bahkan perkembangan
selanjutnya umat Islam lebih kaya lagi dari pada sebelumnya, baik dari aspek intensifitas kajian ataupun sarana mereka sebagai tempat
memahami ajaran-ajaran Al-Quran, ini karena Nabi sendiri tidak pernah
membatasi pada umatnya untuk mengkaji ajaran-ajaran yang dibawanya,
dimanapun mereka berada. Hal ini menunjukkan bahwa umat Islam memilki
semangat besar untuk memahami teks-teks tuhan yang serat dengan
aturan-aturan dalam mengarungi kehidupan.
B. Metode Sahabat Memperoleh Hadist
Di
setiap kesempatan sahabat berkumpul dengan Nabi, baik ketika di moment
Islam ataupun diluar, mereka memamfaatkan waktu untuk bertanya dan
belajar kepada Nabi, terlabih ketika di majlis, para sahabat banyak menimba ilmu dari baliau seperti pada khutbah jumat, memperingati hari raya, dan ba’da
sholat. Mereka tidak mengenal lelah, rasa antusias mereka selalu
mengalahkan segalanya, usaha-usaha yang dilakukan untuk melangsungkan
kenyamanan hidupnya bukanlah hambatan yang berarti bagi mereka untuk
tetap semangat. Toh walaupun halangan itu mendesaknya, sahabat Nabi
tetap menghadiri tradisi ilmiah dengan cara bergantian sehingga tidak
kata tertinggal dengan materi yang disampaika baliau pada saat itu,
kenyataan ini pernah dilakukan oleh sahabat Umar.
“
Aku tetangga Ansor tinggal di Bani Umayyah bin Zaid, sebuah wilayah
perbukitan di Madinah. karena itu dia yang datang dan di hari lain aku
yang datang menghadiri majlis Nabi, maka aku akan membawa
pelajaran-pelaran baik berupa wahyu atau lainnya yang disampaikan pada
hari itu, dan demikian juga sebaliknya, apabila dia yang datang, maka
dia juga melakukan hal yang sama”
Kenyataan
ini menggambarkan begitu besarnya semangat para sahabat pada masanya,
mereka tidak hanya mencukupkan diwaktu bersama Nabi, akan tetapi mereka
memperdalam materi yang diperolehnya melalui beberapa diskusi ilmiah
yang diadakan oleh sahabat Nabi sendiri.
Di
waktu yang lain, para sahabat menerima hadist dengan cara melihat
langsung sikap dan tingkah laku Nabi setiap harinya, mungkin metode ini
dipandang lebih mudah dalam memahami suatu ajaran karena para sahabat
tidak lagi memahami sebuah teori, akan tetapi mereka dapat menyaksikan
langsung ajaran-ajaran yang diaplikasikan oleh Nabi di tengah-tengah
masyarakatnya, sehingga mereka dapat memahami dengan cepat dan mudah.
Ajaran-ajaran yang dicontohkan Nabi secara langsung banyak berkaitan
dengan ibadah dan muamalat seperti sholat dan haji Nabi. Sungguh ini
merupakan teladan-teladan baik yang mampu membangkitkan semangat umat
Islam untuk selalu mengembangkan ajaran yang dibawa Nabi dalam rangka
disosialisasikan pada umat dunia.
Disamping
itu, sebuah cara yang digunakan sahabat untuk memperoleh ajaran nabi
adalah dengan menyaksikan peristiwa-peristiwa yang menimpa umat muslim
saat itu. Permasalahan yang mereka hadapi sangat bermacam-macam,
sehingga bertanya kepada nabi
dianggap satu-satunya jalan yang bisa menjawab semua problem yang
menimpanya, mereka tidak pernah merasa malu ataupun segan kepada nabi
bahkan sebaliknya, mereka merasa senang untuk menanyakan dan mengetahui
solusinya. Terkadang ada juga sahabat yang merasa malu untuk datang
kepada nabi sehingga dia mengutus orang lain untuk konsultasi langsung
dengan nabi, hal ini pernah dialami Ali bin Abi Tholib yang mengutus
al-Miqdad ibn al-Aswad untuk bertanya tentang seringnya keluar mani,
kemudian nabi memberi solusi agar membasuh zakarnya dan kemudian
berwudlu. Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar