mar'tussholichah
Keberadaan mar'atush sholihah atau wanita salehah dapat diibaratkan
laksana permata yang paling baik mutunya di sisi manusia. Selain sedikit
jumlahnya, permata tersebut juga sangat mahal harganya. Karenanya,
kita tidak akan mendapatkan permata2 yang demikian ada di sembarang
tempat. Hanya orang2 tertentu yang memilikinya dan hanya orang2
tententu saja yang diperkenankan untuk melihat atau mengenakannya. Pada
kenyataannya, permata yang demikian lebih sering disimpan daripada
dipamerkan. Sebagaimana permata tadi, wanita salehah lebih banyak
dimiliki oleh orang2 yang telah mengusahakannya. Selebihnya adalah
karunia Allah (swt) kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Wanita
salehah bukanlah produk instan. Wanita salehah adalah hasil tempaan
yang berterusan sejak dari buaian orangtuanya hingga kepada perlakuan
suaminya. Derajat kesalehannya tidak dinilai dari pendidikannya,
penampilannya, aktivitas sosialnya atau hal2 yang seumpama dengan itu
di mata masyarakat, tetapi lebih dinilai dari tingkat keridhoan
suaminya.
Orang Jawa menyebut 'wanita' untuk mengungkapkan penghargaan mereka
kepada istri (atau calon istri) salehah. Wanita adalah orang yang 'wani
ditata' atau berani diatur oleh orang lain (suaminya). Akan tetapi
tidak seorangpun yang rela ditata oleh orang lain selain mereka yang
memiliki sifat rendah hati, pasrah dan taat. Oleh karena itu, siapa
saja dari kalangan perempuan yang memiliki sifat tersebut dan jauh dari
sifat pengatur dan pembangkang, maka dia layak disebut 'wanita'. Dan
apabila ketaatan wanita tersebut ada dalam batasan2 syariat agama, maka
sebutan yang paling baik baginya adalah wanita salehah. Dengan cara
fikir seperti ini, kita akan dapat memahami bahwa wanita salehah tidak
ada kaitannya dengan madzhab, fikrah atau harakah tertentu. Dan dengan
batasan seperti ini pula, kita akan mengetahui bahwa wanita salehah
adalah istri yang rendah hati, pasrah dan taat kepada suaminya, setara
dengan ketaatan suaminya kepada Allah dan rasul-Nya, tidak peduli dari
madzhab, fikrah atau harakah apapun suaminya berasal.
Wallohu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar